BINA SARANA INFORMATIKA

Selasa, 23 November 2010

PENGERTIAN, BIDANG BIDANG SPESIALISASI, SERTA MANFAAT AKUNTANSI

A.PENGERTIAN AKUNTANSI
Luasnya bidang kegiatan akuntansi mengakibatkan pengertian akuntansi bergantung dari sudut pandang penekanannya.
Pengertian Akuntansi
- Dipandang dari sudut fungsi atau kegunaannya, akuntansi merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi penting untuk penilaian jalannya perusahaan, sehingga memungkinkan pimpinan perusahaan atau pihak-pihak diluar perusahaan membuat pertimbangan-pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat.
- Dipandang dari sudut kegiatannya, akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi identifikasi (penentuan), pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomis.
Rangkaian proses itulah yang merupakan kegiatan akuntansi dalam menjalankan fungsinya, menyediakan informasi keuangan bagi pihak-pihak yang memerlukan. Dalam pelaksanaannya, semua transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu diproses dalam tahap-thap kegiatan sebagai berikut:
1.Pengidentifikasian (identifying) dan Pengukuran (measuring)
2.Pencatatan (recording)
3.Penggolongan (classification)
4.Pengikhtisaran (summarizing)
5.Penyusunan Laporan Keuangan (reporting)


B. BIDANG BIDANG SPESIALISASI AKUNTANSI

Bidang kegiatan akuntansi, antara lain adalah sebagai berikut:

1.Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
Akuntansi Keuangan yaitu akuntansi yang sasaran (objek) kegiatannya dalah transaksi keuangan yang menyangkut perubahan harta, hutang dan modal suatu perusahaan. Akuntansi Keuangan bertujuan menyajikan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern perusahaan (manajemen) dan pihak-pihak ekstern, misalnya bank, investor, pemerintah dan masyarakat umum.



2.Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
Akuntasi Biaya yaitu akuntasnsi yang sasaran kegiatannya adalah transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya-biaya, misalnya biaya-biaya yang berhubungan dengan proses pembuatan produk. Akuntansi Biaya bertujuan menyediakan informasi biaya yang diperlukan untuk kepentingan intern (pimpinan perusahaan), yaitu untuk menilai pelaksanaan operasi perusahaan dan menentukan rencana kegiatan masa mendatang.

3.Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)
Akuntansi perpajakan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan penentuan objek pajak yang menjadi beban perusahaan, serta perhitungannya untuk kepentingan penyusanan laporan pajak. Kegiatan Akuntansi Perpajakan berfungsi membantu manajemen dalam menentukan pilihan-pilihan transaksi yang akan terjadi, sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan perpajakan. Oleh karena itu, akuntansi yang bekerja dalam bidang ini harus mengetahui benar tentang undang-undang perpajakan yang berlaku.

4.Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Akuntansi Anggaran adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan pengumpulan dan pengolahan data operasi keuangan yang sudah terjadi, serta taksiran kemungkinan yang akan terjadi, untuk kepentingan penetapan rencana operasi keuangan operasi keuangan perusahaan(anggaran) dalam suatu periode tertentu.

5.Akuntansi Pemeriksaan (Auditing)
Akuntansi Pemeriksaan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil kegiatan Akuntansi Keuangan, yaitu untuk menguji kelayakan laporan keuangan yang dihasilkannya. Akuntansi pemeriksaan besifat independen (tidak memihak) sehingga hasil pemeriksaan akuntan dapat dijamin kebenarannya (obyektif).

6.Akuntansi Pemerintahan (Govermental Accounting)
AKuntansi Pemerintahan adalah bidang-bidang akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan masalah pemeriksaan keuangan negara, atau sering juga disebut dengan istilah administrasi keuangan Negara.


C. JABATAN DALAM BIDANG AKUNTANSI

Profesi akuntansi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Akuntan Publik (Public Accountant), yaitu akuntan swasta yang menyediakan jasa pemeriksaan kepada pihak lain. Pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik merupakan pemeriksaan yang datang dari luar badan yang diperiksa (pemeriksaan ekstern).
2. Akuntan Intern, adalah akuntan yang bekerja di perusahaan-perusahaan swasta (Akuntan Swasta). Mereka menjadi bagian dan mendapat gaji dari perusahaan tempat mereka bekerja. Tugas akuntan intern antara lain merencanakan system akuntansi, mengatur pembukuan, membuat ikhtisar-ikhtisar keuangan, atau bertindak sebagai pemeriksaan intern (internal auditor).

Jenjang jabatan dalam bidang akuntansi yang ada pada suatu perusahaan, dapat dibagi menjadi:
1. Manajer Akuntansi, adalah kepala bagian atau departemen akuntansi yang bertugas antara lain: merancang sistem pembukuan, mengatur atau mengorganisir pembukuan, mengawasi pelaksanaan pembukuan, mengawasi pelaksanaan pembukuan, menyediakan laporan keuangan.
2. Asisten Manajer Akuntansi, bertugas membantu Manajer Akuntansi dalam melaksanakan tugasnya.
3. Penata Buku (Bookkeper), sebagai pelaksana pembukuan yang harus memiliki kemampuan:
- Menyiapkan bukti transaksi (dokumen akuntansi)
- Menganalisis transaksi dalam artian mampu menentukan kebenaran, keabsahan dan pengelompokkan dokumen transaksi.
- Membuat jurnal (mencatat transaksi dalam bentuk jurnal)
- Mencatat transaksi kedalam Buku Besar Pembantu
- Mencatat data jurnal kedalam Buku Besar Umum
- Membuat Neraca Saldo
- Membuat Bukti dan Jurnal Penyesuaian
- Menyusun Kertas Kerja (Neraca lajur)
- Menyusun Laporan Keuangan
4. Pembantu Penata Buku (Accounting Clerk), sebagai pembantu Penata Buku dalam melaksanakan tugasnya.

D. PIHAK PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi akuntansi serta manfaatnya bagi pihak yang bersangkutan, antara lain sebagai berikut:
1. Pimpinan Perusahaan Laporan Keuangan bagi pimpinan perusahaan berfungsi sebagai:
a. Bukti pertanggungjawaban kepada para pemilik perusahaan atau kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mengelola perusahaan.
b. Alat penilaian atas pelaksanaan kegiatan perusahaan, baik secara keseluruhan, bagian-bagian, maupun secara individu yang diserahi wewenang dan tanggu jawab.
c. Alat untuk mengukur tingkat biaya dari kegiatan-kegiatan perusahaan.
d. Dasar atau bahan pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan rencana kegiatan perusahaan dimasa datang.


2. Pemilik Perusahaan
Dalam Perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepadd orang lain, seperti dalam Perseroan terbatas(PT), bagi pemilik perusahaan laporan keuangan berfungsi sebagai:
a. Alat untuk menilai hasil yang telah dicapai oleh pimpinan perusahaan.
b. Dasar penentuan taksiran keuntungan yang akan diterima dimasa mendatang, serta harga saham yang dimilikinya.
3. Kreditur dan Calon Kreditur
Kreditur adalah orang atau badan (misalnya bank) yang memberikan pinjaman kepada perusahaan dalam bentuk uang atau barang. Kreditur maupun calon kreditur perlu mengetahui keadaan (posisi) keuangan perusahaan yang terkait (yang menjadi debiturnya), khususnya perusahaanyang mengajukan permohonan kredit (pinjaman). Dari hasil analisis laporan keuangan dapat diketahui tingkat kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjamannya, sehingga dapat diputuskan apakah pinjaman diberikan atau tidak. Selain itu dapat pula diketahui nilai harta perusahaan yang menjadi jaminan, sehingga dapat ditentukan jumlah pinjaman yang diberikan.
4. Pemerintahan
Pemerintah dimana suatu perusahaan berada (berdomisili) sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yaitu dalam hubungannya dengan:
a. Penetuan besarnya pajak yang menjadi tanggungan perusahaan.
b. Pengumpulan data statistic pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Biro Pusat Statistik yang selanjutnya akan dijadikan dasar perencanaan Pemerintah.
5. Karyawan
Karyawan suatu perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tempat mereka bekerja, yaitu untuk:
a. Mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memberikan upah dan jaminan social lainnya.
b. Mengetahui perkembangan serta prospek (masa depan) perusahaan, sehingga karyawan dapat menentukan pilihan langkah yang harus dilakukan sehubungan dengan kelangsungan kerjanya.
c. Mengetahui tingkat kelayakan bonus yang diterimanya, disbanding dengan keuntungan perusahaan dalam periode yang bersangkutan.

PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI

PERUSAHAAN SEBAGAI SATU KESATUAN USAHA YANG BERDIRI SENDIRI 
Perusahaan adalah suatu badan usaha yang
menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh
keuntungan (laba).
Perusahaan merupakan satu kesatuan usaha
yang berdiri sendiri, dalam artian memiliki harta
dan kewajiban yang terpisah dari harta dan
kewajiban pribadi pemiliknya. Dengan demikian ,
harta pribadi pemilik yang diserahkan sebagai
investasi dalam perusahaan, di satu sisi harta
tersebut  menjadi harta perusahaan, di satu sisi
harta tersebut menjadi kewajiban perusahaan
untuk pada suatu saat tertentu mengembalikannya
kepada pemilik.

PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI

A = H + M atau A - H = M



PENGERTIAN HARTA, HUTANG, DAN MODAL
Unsur-unsur utama persamaan dasar akuntansi (accounting equation) terdiri atas harta, hutang, dan modal.
 
Harta disebut juga aktiva atau asset, baik berupa harta benda ataupun hak yang dimiliki oleh perusahaan.
Harta dikelompokan menjadi dua kelompok utama yaitu harta lancar dan harta tidak lancar.
 
Harta Lancar
adalah harta yang terdapat dalam jangka pendek (tidak lebih dari 1 tahun).
Contoh yang termasuk dalam Harta Lancar :
üUang tunai(kas)
üSurat berharga
üPiutang wesel
üPiutang dagang
üPersediaan,dll 
 
Harta tidak lancar
   adalah harta yang bisa digunakan atau dimanfaatkan dalam beberapa periode tertentu(jangka waktu lebih dari satu tahun).
 Contoh yang Termasuk Dalam Harta Tidak Lancar :
üInvestasi jangka panjang
üHarta tetap berwujud:
*Tanah
*Gedung/Bangunan
*Mesin-mesin
üHarta Tetap Tidak Berwujud:
*Hak Paten
*Merk Dagang
üBeban yang ditangguhkan:
*Beban Penelitian
*Beban Pemasaran
*
*
  
Seperti halnya harta,hutang dikelompokan menjadi dua
  kelompok utama yaitu hutang lancar dan hutang jangka
  panjang
Hutang lancar (jangka pendek)
adalah hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu
tidak lebih dari satu tahun.
   Contoh yang termasuk dalam Hutang Lancar:
üHutang wesel
üHutang Dagang
*Hutang Gaji
üBeban yang masih harus dibayar:
*Hutang pajak
üPendapatan diterima dimuka
 
Hutang jangka panjang
     adalah hutang yang jetuh tempo pembayarannya dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.
    
Contoh yang termasuk dalam Hutang Jangka Panjang:
üHutang Obligasi
üHutang Hipotik
 
 
Modal adalah hak atau tuntutan pemilik atas harta perusahaan.Oleh karena itu jumlahnya akan
sama dengan selisih total harta dan hutang
 

PENCATATAN TRANSAKSI KE DALAM BUKU BESAR

A. BUKTI TRANSAKSI

1. Transaksi Perusahaan dan Bukti Transaksi
Transaksi-transaksi yang terjadi pda suatu perusahaan dengan transaksi pada perusahaan lainnya pada umumnya sama, misalnya transaksi-transaksi sebagai berikut:

- Penerimaan uang tunai atau barang dari pemilik sebagai setoran modal,
- Pembelian perlengkapan dan peralatan secara tunai atau kredit,
- Pembayaran hutang kepada kreditur,
- Penjualan jasa atau barang secara tunai atau secara kredit,
- Penerimaan tagihan dari debitur,
- Pembayaran beban-beban.
-
Transaksi-transaksi diatas merupakan kejadian-kejadian dalam perusahaan yang harus dicatat, sedangkan kondisi (keadaan) yang merupakan transaksi perusahaan, antara lain:

- Berkurang nya nilai persediaan barang karena susut atau sebagian rusak,
- Penurunan nilai harta tetap (penyususutan), misalnya mesin,
- Adanya penghasilan yang masih harus diterima, atau adanya beban yang masih harus dibayar pada akhir periode akuntansi.
-
Transaksi-transaksi tersebut diatas merupakan transaksi intern, karena tidak berhubungan langsung dengan pihak lain.
Bukti transaksi dapat dibedakan antara bukti intern dan bukti ekstern. Bukti intern adalah bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, misalnya faktur penjualan, kwitansi bukti penerimaan uang, nota debet atau kredit yang dikirim kepada pihak lain dan bukti-bukti transaksi intern lainnya. Sementara bukti ekstern adalah bukti transaksi yang diterima dari pihak luar perusahaan, misalnya faktur pembelian dan kwitansi dan bukti pembayaran.
Bukti pembayaran pada umumnya berisis keterangan secara rinci mengenai jenis barang atau jasa seperti kwitansi, jenis, ukuran, jumlah satuan uang serta pihak-pihak yang terkait dengan transaksi yang bersangkutan.


2. Macam-macam Bukti Transaksi
Berikut beberapa contoh bukti transaksi:
a. Kwitansi
Kwitansi adalah transaksi penerimaan uang untuk pembayaran sesuatu. Dengan demikian, kwitansi dibuat dan ditandatangani oleh pihak yang menerima uang dan diserahkan kepada pihak lain yang melakukan pembayaran.
b. Cek
Pada dasarnya cek merupakan surat perintah kepada bank dari orang yang menandatangani, untuk membayarkan sejumlah uang yang tertulis dalam cek kepada pembawa atau orang yang namanya disebut dalam cek. Cek dipergunakan sebagai alat pembayaran harus dibubuhi materai yang ketentuannya sama dengan ketentuan materai untuk kwitansi. Dalam pelaksanaannya, bea materai untuk cek, kadang-kadang langsung dibebankan oleh bank kepada penarik cek (nasabah).
c. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah suatu bank kepada bank yang bersangkutan, untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekeningnya ke rekening penerima yang namanya disebut dalam bilyet giro, pada bank yang sama atau pada bank yang lain.
d. Faktur
Faktur adalah bukti transaksi pembelian atau penjualan dengan pembayaran secara kredit. Faktur diabuat oleh pihak penjual dan diserahkan kepada pembeli bersama-sama dengan barang yang dijual.
e. Nota Kontan
Nota Kontan dipergunakan sebagai bukti transaksi pembelian atau penjualan dengan pembayaran secara tunai.
f. Nota Kredit atau Debet
Nota Kredit (Credit Memorandum) adalah bukti transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual, atau bukti persetujuan dari pihak penjual atas permohonan pembeli untuk pengurangan harga barang, karena sebagian rusak atau tidak sesuai dengan pesanan. Dalam hal demikian nota kredit dibuat oleh pihak penjual
Apabila barang yang diterima pembeli ternyata sebagian rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, dapat juga pihak pembeli menyampaikan sebuah nota kepada penjual yang berisi informasi pengiriman kembalibarang yang rusak, atau permintaan pengurangan harga. Nota ini disebut “Nota Debet”. Dengan demikian nota debet dibuat oleh pihak pembeli.
g. Bukti Memo
Bukti memo merupakan bukti transaksi intern, misalnya memo dari pejabat tertentu atau pimpinan perusahaan kepada bagian akuntansi untuk melakukan pencatatan. Misalnya bukti memo untuk mencatat beban gaji yang masih harus dibayar pada akhir periode, bukti memo untuk penarikan cek, bukti memo untuk mencatat penyusutan harta tetap dan sebagainya.


B. PENGGOLONGAN TRANSAKSI DAN AKUN BUKU BESAR

1. Penggolongan Transaksi Perusahaan
Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan pada kas perusahaan, baik itu pengurangan kas maupun penambahan kas, dicatat pada akun “Kas”. Demikian pula transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan pada hutang perusahaan, dicata sebagai “Hutang”. Dengan demikian akan terdapat akun Kas, Piutang, Hutang, Perlengkapan, Peralatan dan akun-akun lainnya.
Akuntansi menganut system pencataan ganda (double entry system), artinya suatu transaksi yang terjadi akan dicatat sekurang-kurangnya dalam dua akun, atau dicatat pada dua aspek perubahannya. Dengan demikian akun-ankun yang diomiliki oleh suatu persahaan mempunyai hubungan satu sama lain. Kumpulan akun-akun yang terkait satu sama lain sehingga merupakan satu lesatuan yang digunakan oleh suatu perusahaan disebut “Buku Besar” (Ledger).
2. Bentuk-bentuk Akun
Ada dua bentuk akun yang biasa digunakan, yaitu:
a. Bentuk Dua Kolom (Two Column)
Bentuk dua kolom disebut bentu T (T Form), karena menyerupai huruf T.
Ditengah bagian atas ditulis nama akun dan sisi kanan atas ditulis nomor kode akun.
Jika jumlah di kolom debet menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dikolom kredit, selisihnya disebut saldo debet. Jika keadaan sebaliknya, jumlah kolom kredit lebih besar dari pada jumlah kolom debet, selisihnya disebut saldo kredit.

b. Bentuk Empat Kolom (Four Column)
Dalam praktek cenderung banyak digunakan akun bentuk empat kolom, walaupun demikian untuk kepentingan pembahasan dan pemahaman, dalam buku ini akan banyak digunakan bentuk dua kolom.

3. Pengelompokan Akun Dalam Buku Besar
Demikian akun-akun yang terdapat dalam buku besar dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok :
1) Kelompok akun-akun harta
2) Kelompok akun-akun hutang
3) Kelompok akun-akun modal
4) Kelompok akun-akun pendapatan
5) Kelompok akun-akun beban

Akun-akun yang termasuk ke dalam kelompok akun harta, hutang dan modal disebut akun Riil (Real Account) atau akun neraca. Saldo akun-akun tersebut pada akhir periode dilaporkan dalam bentuk neraca.
Akun-akun yang termasuk ke dalam kelompok pendapatan dan beban disebut “akun nominal” (nominal account) atau akun “laba-rugi”. Saldo akun-akun tersebut pada akhir periode dilaporkan dalam bentuk “laporan laba-rugi”.
Pengelompokan transaksi dan akun-akun dalam buku besar dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:






Keterangan :
1) Transaksi perusahaan dikelompokkan dan dicatat dalam buku besar pada kelompok akun yang sesuai.
2) Data transaksi yang sudah dikelompokkan dalam buku besar, dikhtisarkan dan disusun dalam bentuk laporan keuangan:
(2.1) Dari dta kelompok akun harta, hutang dan modal disusun neraca sebagai unsure laporan keuangan.
(2.2) Dari data kelompok akun pendapatan dan beban, disusun laporan laba-rugi sebagai unsure laporan keuangan.


C. NOMOR KODE AKUN DALAM BUKU BESAR

Semakin luas kegiatan usaha suatu perusahaan, semakin banyak akun yang harus dipergunakan dalam buku besar, sehingga dalam penyusunannya diperlukan suatu cara yang sistematis.
Salah satu contoh metode pemberian kode akun adalah “kode kelompok” (group kode). Menurut metode ini, setiap akun diberi nomor kode yang terdiri atas empat atau lima angka. Angka pertama dari nomor kode akun menunjukkan kelompok akun, angka kedua dan ketiga menunjukkan golongan dan subgolongan akun, angka keempat menunjukkan nama akun yang bersangkutan. Dengan demikian lima kelompok akun seperti telah dijelaskan dimuka, diberi nomor kode kelompok sebagai berikut :
 Nomor 1 untuk kelompok akun harta
 Nomor 2 untuk kelompok akun hutang
 Nomor 3 untuk kelompok akun modal
 Nomor 4 untul kelompok akun pendapatan
 Nomor 5 untuk kelompok akun beban

Sesuai dengan susunan akun dalam neraca, kelompok akun harta, hutang dan modal dapat diberi nomor kode sebagai berikut :
1. Kelompok Harta

Kelompok harta digolongkan menjadi dua golongan yaitu “harta lancar” dan “harta tidak lancar”.
Harta lancar adalah harta yang dalam jangka pendek (tidak lebih dari 1 tahun) akan atau dapat menjadi uang tunai.
Contoh : jenis(sub golongan) kas, surat berharga, piutang dan sebagainya.
Harta tida lancar adalah harta ynag dimiliki untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Contoh : jenis (subgolongan) investasi jangka panjang, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.
Berdasarkan penggolongan diatas, akun-akun kelompok harta dapat diberi nomo kode sebagai berikut:
1… Nomor kelompok harta
11.. Nomor golongan harta lancar
111. Nomor sub golongan kas :
1111 Kas umum (Kas)
1112 Kas Kecil
1113 Selisih Kas
112. Nomor sub golongan surat berharga :
1121 Saham-saham
1122 Obligasi
113. Nomor sub golongan piutang :
1131 Piutang Wesel
1132 Piutang Dagang
Dan seterusnya
12.. Nomor golongan harta tidak lancar
121. Nomor sub golongan investasi jangka panjang :
1211 Investasi – Saham PT
1212 Investasi – Saham PT
122. Nomor sub golongan aktiva tetap berwujud :
1221 Tanah
1222 Gedung
1223 Akumulasi Penyusutan Gedung
1224 Mesin-mesin
1225 Akumulasi Penyusutan Mesin-mesin
Dan seterusnya
123. Nomor sub golongan aktiva tetap tidak berwujud :
1231 Goodwill
1232 Hak Paten
1233 Merk Dagang
Dan Seterusnya
124. Nomor sub golongan beban yang ditangguhkan :
1241 Beban penelitian
1242 Beban Pemasaran
125. Nomor sub golongan harta lain-lain :
1251 Gedung Dalam Proses Penyelesaian


2. Kelompok Hutang

Kelompok hutang digolongkan menjadi “hutang lancar”(jangka pedek) dan “hutang jangka panjang”. Hutang lancar adalah hutang ynag jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Contoh : hutang wesel jangka pendek, hutang dagang, hutang bank jnagka pendek, hutang gaji, hutang pajak.
Hutang jangka panjang adalah hutang yang jetuh tempo pembayarannya dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.
Contoh : hutang jangka panjang, hutang hipotik dan hutang obligasi.

Akun-akun hutang dalam buku besar diberi nomor kode sebagai berikut :
2… Nomor kelompok hutang
21.. Nomor golongan hutang lancar :
2101 Hutang wesel
2102 Hutang Dagang
2103 Hutang Gaji
2104 Hutang Pajak
Dan seterusnya
22.. Nomor kode golongan hutang jangka panjang :
2201 Hutang wesel jangka panjang
2202 Hutang hipotik
2203 Hutang Obligasi
Dan seterusnya

3. Kelompok Modal
Akun-Akun kelompok modal dalam buku besar perusahaan perseorangan dapat diberi nomor kode sebagai berikut:
3… Nomor kode kelompok modal
3001 Modal Pemilik
3002 Prive Pemilik

Akun-akun laba-rugi (akun nominal) biasanya dikelompokkan sebagai berikut: Kelompok pendapatan digolongkan menjadi “pendapatan usaha” dan “pendapatan di luar usaha”. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha pokok,atau yang berhubungan langsung dengan objek usah pokok.Pendapatan di luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang tidak berhubungan langsung dengan objek usaha pokok.Demikian pula kelompok beban,digolongkan menjadi”beban usaha”dan”beban di luar usaha”.Akun-akun pendapatan dan beban di luar usaha biasanya diberi nomor kode kelompok 6.Demikian akun-akun laba-rugi dapat diberi nomor kode sebagai berikut:

a. Kelompok pendapatan usaha
4… Nomor kode kelompok pendapatan usaha
4001 pendapatan jasa atau penjualan

b. Kelompok beban usaha
5… Nomor Kode Kelompok BebaN Usaha
51.. Nomor kode golongan harga pokok penjualan:
5101 Pembelian(untuk perusahaan dagang)
5102 Biaya angkut Pembelian
5103 Retur pembelian dan pengurangan harga
5104 Potongan Pembelian
52.. Nomor kode golongan beban penjualan
5201 Beban gaji pegawai bagian penjualan
5202 Beban iklan
5203 Beban Asuaransi Bagian Penjualan
5204 Beban Angkut Penjualan
5205 Beban Perlengkapan Toko
dan seterusnya
53.. Nomor kode golongan Beban administrasi dan umum
5301 Beban gaji pegawai kantor
5302 Beban Perlengkapan kantor
5303 Beban listrik,air,dan telepon
5304 Beban penyusutan peralata kantor
5305 Beban penyusutan gedung kantor
dan seterusnya

c. Kelompok Pendapatan dan Beban di luar usaha
6… Nomor kode kelompok,pendapatan dan beban di luar usaha
61.. Nomor kode golongan,pendapatan di luar usaha:
6101 Pendapatan bunga(untuk perusahaan yang bukan Bank)
6102 Pendapatan sewa(dalam perusahaan dagang)
6103 Laba penjualan surat berharga(sebagai investasi jangka pendek)
6104 Laba penjualan aktiva tetap
dan seterusnya
62.. Nomor kode golongan beban di luar usaha:
6201 Beban bunga
6202 Rugi penjualan surat berharga
6203 Rugi penjualan aktiva tetap
dan seterusnya

D. PENCATATAN TRANSAKSI KE DALAM AKUN BUKU BESAR
Sifat Akun Buku Besar
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan mengakibatkan perubahan sekurang-kurangnya pada dua akun. Perubahannya berupa penambahan/pengurangan jumlah pada akun yang terkait.
Oleh karena itu,setiap transaksi dicatat sekurang-kurangya pada dua akun,yaitu dengan mendebet suatu akun dan mengkredit akun lainnya. Agar dapat mencatat suatu transaksi dengan benar,kita harus memiliki kemampuan:
1. Menganalisis bukti transaksi.selain untuk menentukan kebenaran dan keabsahan bukti transaksi,juga untuk menentukan aku yang tepat sebagai tempat mencatat transaksi yang bersangkutan.
2. Mendebet atau mengkredit suatu akun dengan benar,dalam artian dengan pengaruh yang mana(penambahan/pengurangan) suatu akun harus di debet/di kredit.

Sifat suatu akun pada dasarnya berhubungan erat dengan posisi(tempat) akun itu dalam neraca.Akun-akun yang termasuk kelompok harta berada di sis debet neraca,oleh karena itu penambahan nilai atau jumlah pada salah satu jenis harta,juga harus dicatat di sisi debet akun harta yang bersangkutan.jika peambahan nilai terhadap suatu jenis harta dicatat di sisi debet,tentu pengurangan nilai terhadap harta itu harus dicatat ke dalam sisi kredit.Dalam hal ini berlaku pengertian jumlah kredit sebagai pengurang jumlah debet.
Contoh:
Perusahaan membeli perlengkapan kantor secara tunai seharga Rp.300.000,00.Akibat transaksi ini terjadi penambahan nilai pada perlengkapan kantor dan pengurangan nilai pada kas.Baik perlengkapan kantor maupun kas,termasuk akun kelompok harta.Oleh karena itu, transaksi tersebut harus dicatat pada akun”Perlengkapan kantor” di sisi debet dan akun “Kas” di sisi kredit.
Penjelasan mengenai akun kelompok harta diatas,berlaku pula untuk akun-akun kelompok hutang dan modal,tetapi pada posisi yang berlawanan.Akun-akun kelompok dan modal berada di sisi kredit neraca,dengan demikian penambaha nilai pada hutang aau modal harus juga di catat di sisi kredit pada akun hutang atau modal.Sebaliknya pengurangan nilai pada hutang atau modal,tentu harus dicatat di sisi debet pada akun hutang atau modal yang bersangkutan.
Contoh:
05 juli Perusahaan membeli peralatan kantor seharga Rp.2.000.000,00.Pembayaran secara kredit,
20 juli Perusahaan membayar hutang sebesar RP.500.000,00

Kedua transaksi diatas,dicatat dalam akun yang terkait sebagai berikut:
Coba Perhatikan catatan dalam akun di atas , selanjutnya pahami:
a. Mengapa tanggal 05 juli , akun “Penjualan Kantor”didebet dan akun”Hutang Dagang”dikredit masing-masing dengan Rp.2.000.000,00
b. Mengapa tanggal 20 juli akun “Hutang Dagang” didebet dan aku”Kas” dikredit,masing-masing dengan jumlah Rp.500.000,00
Seperti telah disinggung dimuka bahwa transaksi-transaksi terjadinya pendapatan dan beban tidak dicatat langsung pada akun modal,tetapi untuk sementara dicatat pada akun “Pendapata” dan akun “beban” yang bersangkutan. Terjadinya pendapatan mengakibatkan penambahan pada modal ,tetapi tidak dicatat pada aku “Modal”di sisi kredit, melainkan dicatat pada akun”Pendapatan”juga di sisi kredit . Sementara pengurangan terhadap pendapatan,tentu dicatat di sisi debet.

LAPORAN KEUANGAN



  1. HUBUNGAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUKU BESAR
Pada akhir periode akuntansi saldo akun yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, disesuaikan lebih dahulu sehingga saldo semua akun buku besar menunjukkan saldo yang sebenarnya. Selanjutnya berdasarkan saldo akun-akun buku besar itulah disusun laporan keuangan. Saldo akun-akun kelompok harta, hutang , dan modal, disusun dalam bentuk neraca. Sementara saldo akun-akun kelompok pendapatan dan beban, disusun dalam bentuk laporan laba-rugi.


  1. PENGERTIAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas Neraca, Laporan Laba Rugi, yang dilengkapi dengan Laporan Perubahan Modal atau Laporan laba yang ditahan. Tetapi dalam praktek untuk lebih menjelaskan kepada para pemakai laporan keuangan, sering diikut sertakan laporan-laporan lainnya, seperti laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas, dan sebagainya.
Pihak manapun yang berkepentingan atas laporan keuangan suatu perusahaan, pada dasarnya adalah untuk pembuatan pertimbangan-pertimbangan dalam hubungan penentuan pilihan tindakan yang tepat.


  1. NERACA (BALANCE SHEET)

1.   Arti dan Isi Neraca
Neraca adalah laporan mengenai harta, hutang dan modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu yang disusun secara sistematis. Neraca terdiri atas tiga bagian utama yaitu Harta (Aktiva), Hutang dan Modal.

a. Harta
     Harta dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu “harta lancar” dan “harta tidak lancar”. Harta lancar terdiri dari uang tunai dan harta lain yang dalam jangka pendek (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) diharapkan dapat dijadikan uang tunai.

Termasuk ke dalam kelompok HARTA LANCAR, yaitu :

1)      Uang tunai (kas) termasuk yang ada di bank yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan usaha perusahaan.

2)      Surat berharga (marketable securities) yang merupakan investasi jangka pendek, misalnya dalam bentuk saham, obligasi dan deposito di bank. Disebut investasi jangka pendek, karena dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan dalam jangka pendek akan dijual kembali.

3)      Piutang wesel (notes receivable), yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dijamin dengan surat perjanjian dalam bentuk surat wesel yang diatur dalam undang-undang. Dengan demikian piutang wesel (wesel tagih) lebih mempunyai kekuatan hukum sehingga dapat diperjualbelikan.

4)      Piutang dagang (account receivable) yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain (debitur) yang terjadi karena penjualan barang dengan pembayaran kredit. Piutang dagang pada umumnya terjadi atas dasar kepercayaan sehingga memungkinkan adanya risiko kerugian, sebagai akibat adanya piutang yang tidak dapat ditagih.

5)      Persedian (inventory), yaitu semua persediaan barang-barang yang dimiliki perusahaan pada saat penyusunan neraca. Istilah persediaan selalu dikaitkan dengan barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan. Persediaan dalam perusahaan dagang berupa persediaan barang dagangan (merchandise inventory). Sementara dalam perusahaan industri manufaktur (manufacturing), persediaan terdiri atas :
a)     Persediaan bahan baku (material inventory), yaitu bahan mentah yang akan diolah menjadi produk jadi misalnya kapas untuk pembuatan benang, kayu untuk pembuatan meja dan sebagainya.
b)     Persediaan barang dalam proses (work in process inventory), yaitu barang-barang yang belum selesai diolah atau belum menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
c)     Persediaan produk jadi (finished goods inventory), yaitu barang-barang yang sudah selesai diolah dan siap untuk dijual.

6)      Pendapatan yang masih harus diterima (accruals receivable), adalah pendapatan yang sudah harus diakui dan dicatat karena sudah menjadi hak perusahaan, tetapi, belum diterima pembayarannya. Misalnya :
-        Piutang bunga (accrued interest receivable)
-        Piutang sewa (accrued rent receivable)

7)      Beban yang dibayar di muka (prepaid expense), adalah pengeluaran yang belum dapat dicatat sebagai beban, karena jasa dari pihak lain sebagai imbalannya belum dimanfaatkan oleh perusahaan. Misalnya :
-        Bunga yang dibayar di muka (prepaid interest)
-        Sewa yang dibayar di muka (prepaid rent)
-        Asuransi yang dibayar di muka (prepaid insurance)

Harta tidak lancar adalah harta yang mempunyai masa kegunaan (manfaat) lebih dari satu tahun, atau manfaatnya dapat dinikmati perusahaan dalam beberapa periode akuntansi.
Termasuk kedalam kelompok HARTA TIDAK LANCAR, adalah :

1)    Investasi jangka panjang (investment), yaitu penanaman sebagian uang atau modal di luar usaha pokok perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara kontinu dalam jangka panjang. Misalnya dalam bentuk pemilikan atas saham atau obligasi perusahaan lain.

2)    Harta tetap berwujud (tangible fixed assets), yaitu Harta perusahaan yang wujud fisiknya tampak, mempunyai mass manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan.
     Termasuk ke dalam kelompok Harta tetap adalah :
a)   Tanah (land) sebagai tempat menjalankan usaha, atau di atasnya didirikan bangunan perusahaan.
b)   Gedung atau bangunan (building), misalnya gedung pabrik, gedung toko dan gedung kantor.
c)   Mesin-mesin (machinery), misalnya mesin-mesin untuk menjalankan proses produksi.
d)   Kendaraan untuk pengangkutan (delivery equiment), kendaraan-kendaraan yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan. Misalnya sepeda motor, truk dan kendaraan lainnya.
e)   Peralatan kantor (office equipment), yaitu semua peralatan yang ads di kantor dan dipergunakan untuk kegiatan usaha perusahaan, misalnya meja, lemari, mesin tik, mesin hitung, komputer dan sebagainya.

3)    Harta tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), yaitu harta tetap yang wujud fisiknya tidak tampak atau bersifat abstrak, tetapi mempunyai manfaat bagi perusahaan sehingga memiliki nilai. Misalnya hak paten, copyright, goodwill, merek dagang (trade mark).
4)          Beban yang ditangguhkan (deferred charges), yaitu pengeluaran untuk beban yang mempunyai manfaat dalam jangka panjang, sehingga pengeluaran tersebut harus dibebankan secara bertahap kepada periode-periode masa penggunaannya. Termasuk ke dalam beban yang ditangguhkan antara lain “beban penelitian” dan “beban pemasaran”.

5)          Harta lain-lain, yaitu harta perusahaan yang tidak dapat dikelompokkan kepada harta lancar dan harta tidak lancar, misalnya bangunan atau tanah yang masih dalam proses penyelesaian.


b. Hutang
      Seperti halnya harta, hutang perusahaan pun dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu “hutang lancar (current liabilities)” dan “hutang jangka panjang” (long term liabilities).
     Hutang lancar adalah hutang-hutang yang harus dilunasi dalam jangka pendek, atau tidak lebih dari atu tahun sejak tanggal neraca.

     Termasuk kelompok HUTANG JANGKA PENDEK, antara lain :

1)    Hutang wesel (notes payable), yaitu hutang dengan jaminan surat perjanjian khusus dalam bentuk “surat wesel” yang diatur dagang undang-undang.

2)    Hutang dagang (account payable), yaitu hutang yang terjadi karena pembelian barang dengan pembayaran kredit. Hutang dagang biasanya tidak dijamin dengan surat perjanjian, tetapi semata­mata terjadi berdasarkan kepercayaan.

3)    Beban-beban yang masih harus dibayar (accruals payable), yaitu beban yang sudah terjadi dan harus sudah dicatat, tetapi pada saat menyusun neraca belum dibayar. Termasuk ke dalam kelompok ini misalnya hutang bunga dan hutang gaji.

4)    Hutang pajak (tax payable), yaitu pajak-pajak yang belum disetorkan ke kas negara.

5)    Pendapatan diterima di muka (deferred revenue), yaitu penerimaan dari pihak lain untuk jasa yang belum diserahkan oleh pihak perusahaan. Misalnya bunga yang diterima di muka dan sewa diterima di muka.

     Hutang jangka panjang (long term liabilities) adalah hutang yang jatuh tempo pelunasannya lebih dari setahun sejak tanggal neraca.
     Termasuk kelompok HUTANG JANGKA PANJANG, antara lain :

1)    Hutang obligasi (bond payable), yaitu hutang kepada pemegang obligasi yang diterbitkan sendiri oleh perusahaan.

2)    Hutang hipotik (mortgage payable), yaitu hutang perusahaan yang dijamin dengan benda-benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan gedung dan sebagainya.

c. Modal
     Seperti telah disebutkan di muka bahwa modal (owner’s equity) adalah hak atau tuntutan pemilik atas harta perusahaan. Oleh karena itu jumlahnya akan sama dengan selisih antara total harta dan total hutang. Termasuk kelompok modal yang dilaporkan dalam neraca, tergantung kepada bentuk badan usaha perusahaan yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut :
1)    Pada bentuk badan usaha perseorangan, kekayaari bersih perusahaan (aktiva dikurangi hutang) sebagai hak pemilik perusahaan, dilaporkan dalam neraca sebagai “modal pemilik”. Misalnya “Modal Haris” dalam hal nama pemilik perusahaan adalah Haris.
2)          Pada bentuk badan usaha persekutuan, misalnya persekutan Firma, kekayaan bersih perusahaan akan terbagi atas hak-hak para sekutu pemilik perusahaan. Hak setiap sekutu firma dilaporkan dalam neraca sebagai “modal sekutu yang bersangkutan”. Dengan demikian modal dalam persekutuan firma yang pemiliknya Anita dan Andini, terdiri atas “Modal Anita” dan “Modal Andini”.
3)    3) Pada bentuk badan usaha perseroan misalnya perseroan terbatas (PT), modal dikumpulkan dengan cara menjual saham sehingga pemilik perusahaan adalah para pemegang saham. Kekayaan bersih perusahaan dalam bentuk PT. yang merupakan hak para pemilik, dalam neraca dilaporkan sebagai: a) Modal saham, b) Agio atau disagio saham, dan c) Laba yang ditahan.
4)    Pada bentuk koperasi, kekayaan bersih koperasi (modal koperasi) terdiri atas: simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan koperasi dan SHU (Sisa Hasil Usaha) yang belum dibagi.

2.   Bentuk Neraca

Keseimbangan antara harta yang dimiliki perusahaan dengan hutang dan modal sebagai sumber dan mana harta itu berasal, dapat digambarkan dalam bentuk persamaan akuntansi atau dalam bentuk neraca. Pada umumnya neraca dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk “skontro” (account form) dan “bentuk vertical” (report form).
a.      Bentuk Skontro
Dalam bentuk ini semua harta disusun di sisi kiri (debet), hutang dan modal disusun di sisi kanan (kredit). Di tengah bagian atas ditulis judul yang berisi nama perusahaan, kata “neraca” dan tanggal neraca. Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah susunan harta, hutang dan modal perusahaan “BENGKEL CEPAT” pada tanggal 31 Desember 1999 yang disusun dalam bentuk skontro.


BENGKEL CEPAT
Neraca
31 Desember 1999
(dalam ribuan rupiah)
HARTA

HARTA LANCAR
Kas ………………………….
Surat berharga ………………
Piutang wesel ……………….
Piutang usaha ……………….
Perlengkapan bengkel ………
Gaji dibayar di muka ………..
Jumlah harta lancar …………

INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi-Saham PT. Nusa …...

AKTIVA TETAP
 Tanah                             40.000
Bangunan                50.000
Akum. Penyusutan  (10.000)
                                       40.000
Peralatan bengkel    20.000
Akum. Penyusutan   (8.000)
                                      12.000       Jumlah harta tetap

Total harta


9.000
12.000
11.000
3.400
2.600
1.000
39.000


20.000










92.000

151.000
HUTANG DAN MODAL

HUTANG LANCAR
Hutang usaha ……………….......
Hutang bank ………………………
Hutang wesel ………………….....
Hutang pajak ………………........
Hutang bunga …………………….
Pendapatan diterima di muka..
Jumlah hutang lancar ………....

HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang hipotik …………………………

Jumlah hutang …………………………
MODAL
Modal Aris ……………………............







Total hutang dan modal ……..……  



11.000
6.000
4.000
1.200
120
400
22.720


20.000

42.720

108.280







151.000


Harta tetap setiap akhir periode nilainya disusutkan. Jumlah yang telah disusutkan sampai dengan tanggal neraca akan tampak pada akun “Akumulasi Penyusutan” aktiva tetap yang bersangkutan.





b.      Bentuk Vertikal (report form)

Dalam bentuk ini harta, hutang dan modal disusun berurutan kebawah, sehingga tampak seperti contoh berikut ini :      

                                        BENGKEL CEPAT
NERACA
31 Desember 1999
(dalam ribuan rupiah)
 

HARTA  
HARTA LANCAR
Kas                                                                                                             9.000
Surat berharga ...........................................................................               12.000
Piutang wesel ............................................................................               11.000
Piutang usaha ............................................................................                 3.400
Perlengkapan bengkel .................................................................                 2.600
Gaji dibayar di muka ...................................................................                 1.000
Jumlah Harta Lancar ...................................................................               39.000

INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi-Saham PT. NUSA ..........................................................               20.000

AKTIVA TETAP
Tanah ...........................................      40.000
Bangunan                                         50.000
Akumulasi penyusutan bangunan  (10.000)
                                                           40.000

Peralatan bengkel                             20.000
Akumulasi penyusutan bangunan  (8.000)
                                                           12.000
Jumlah harta tetap .....................................................................               92.000
Total harta ................................................................................              151.000

HUTANG DAN MODAL
HUTANG LANCAR
Hutang usaha ............................................................................               11.000
Hutang bank ..............................................................................                 6.000
Hutang wesel .............................................................................                 4.000
Hutang pajak .............................................................................                 1.200
Hutang bunga ............................................................................                    120
Pendapatan diterima di muka ......................................................                    400
Jumlah Hutang Lancar ................................................................               22.720


HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang hipotik ...........................................................................               20.000
Jumlah hutang ...........................................................................               42.720

MODAL
Modal Aris ......................................................................................              108.280
Total hutang dan modal ..............................................................              151.000




D.    LAORAN LABA RUGI

1.     Arti Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang disusun secara sistematis mengenai pendapatan yang diperoleh, dan beban-beban yang terjadi dalam kegiatan usaha perusahaan selama periode tertentu.
Laporan laba rugi berisi informasi mengenai sumber dari mana pendapatan itu diperoleh, dan beban-beban apa yang menjadi tanggungam perusahaan dalam periode yang bersangkutan.
Pendapatan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a.   Pendapatan dari usaha pokok, yaitu pendapat yang diperoleh dari kegiatan yang utama dilakukan oleh perusahaan. Misalnya kegiatan yang utama dilakukan oleh perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan. Pendapatan yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang utama dilakukan perusahaarx dagang adalah “hasil penjualan” barang dagangan. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok disebut “pendapatan usaha” (operating revenues atau operating income). Dengan demikian “pendapatan usaha Perusahaan dagang adalah "Hasil penjualan barang dagangan”. biasa disingkat dengan istilah “penjualan” (sales). Sementara “pendapatan usaha” perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah hasil penjualan jasa.

b.   Pendapatan dari kegiatan di luar usaha pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang bersifat sampingan, atau terjadinya sewaktu-waktu. Misalnya suatu perusahaan bengkel selain menjual jasa bengkel, juga kadang-kadang menyewakan kendaraan. Perusahaan dagang yang menyewakan sebagian gedung kantornya, sewa yang diterima merupakan pendapatan di luar usaha. Selain hal tersebut, termasuk pendapatan di luar usaha adalah laba penjualan surat berharga sebagai investasi jangka pendek, laba penjualan aktiva tetap yang dihentikan penggunaannya. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha pokok disebut “pendapatan di luar usaha” (non-operating income).



Seperti halnya pendapatan, beban-beban yang menjadi tanggungan perusahaan pun dapat digolongkan nenjadi dua golongan, yaitu:
a.   Beban-beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok, atau yang terjadi sehubungan dengan usaha memperoleh pendapatan usaha pokok (operating income). Beban-beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok disebut “beban usaha” (operating expenses). Dalam perusahaan dagang termasuk beban usaha adalah harga pokok penjualan, beban-beban penjualan dan beban administrasi umum.

b.   Beban-beban yang tidak ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok, atau beban-beban yang tidak dapat digolongkan ke dalam beban usaha, disebut “beban di luar usaha” (non-operating ex­penses). Misalnya beban bunga, rugi penjualan surat berharga sebagai investasi jangka pendek, rugi penjualan aktiva tetap yang dihentikan penggunaannya.




2.     Bentuk Laporan Laba Rugi

a.  Bentuk single step
     Dalam bentuk single step, pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha disusun dalam satu kelompok. Demikian pula beban-beban usaha dan beban-beban di luar usaha. Laba atau rugi bersih dihitung dengan cara mengurangi total pendapatan dengan total beban. Sebagai contoh, berikut ini laporan laba rugi “LYDIA SALON” untuk tahun 1999 yang disusun dalam bentuk single step :

“LYDIA SALON”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 

PENDAPATAN
PENDAPATAN USAHA
Penjualan jasa .............................................................    Rp.                xxxxxxx
PENDAPATAN DI LUAR USAHA
Laba penjualan peralatan .............................................    Rp.                xxxxxxx
Total pendapatan .........................................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN – BEBAN
Beban usaha :
Beban gaji .........................    Rp.               xxxxxxx
Beban perlengkapan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban penyusutan peralatan                             Rp.            xxxxxxx
Beban listrik dan telepon ....    Rp.               xxxxxxx
Beban sewa ruangan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban asuransi ..................    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha lain-lain .........    Rp.               xxxxxxx
Jumlah beban usaha ...........    Rp.               xxxxxxx
Beban di luar usaha :
Beban bunga .....................    Rp.               xxxxxxx
Beban gaji ...................................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 



b.  Bentuk multiple step
Dalam bentuk ini, baik pendapatan maupun beban dipisah secara rinci antara pendapatan dan beban usaha dengan pendapatan dan beban di luar usaha. Dari data laporan laba rugi di muka, jika disusun dalam bentuk multiple step tampak seperti dibawah ini :

“LYDIA SALON”
       LAPORAN LABA RUGI
  Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 

PENDAPATAN USAHA
Penjualan jasa .............................................................       Rp.              xxxxxxx

BEBAN USAHA
Beban gaji .........................    Rp.               xxxxxxx
Beban perlengkapan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban penyusutan peralatan                                                 Rp.            xxxxxxx
Beban listrik dan telepon ....    Rp.               xxxxxxx
Beban sewa ruangan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban asuransi ..................    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha lain-lain .........    Rp.               xxxxxxx
Jumlah beban usaha .....................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx

PENDAPATAN DAN BEBAN DI LUAR USAHA
Laba penjualan peralatan  ..    Rp.               xxxxxxx
Beban bunga .....................    Rp.               xxxxxxx
Pendapatan bersih di luar usaha ....................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 



Dalam perusahaan yang pendapatan usahanya diperoleh dari penjualan dagangan atau barang hasil produksinya, bentuk dasar laporan laba rugi dapat digambarkan seperti bagan berikut ini :




1)       Bentuk single step
“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


PENDAPATAN
Pendapatan usaha  .......................................................    Rp.                xxxxxxx
Pendapatan di luar usaha ..............................................    Rp.                Xxxxxxx
Total pendapatan .........................................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN-BEBAN
Harga pokok penjualan ......    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha; beban penjualan                                          Rp.       xxxxxxx
Beban administrasi dan umum                                           Rp.       xxxxxxx
Beban di luar usaha  ..........    Rp.               xxxxxxx
Total beban  ................................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx






2)      Bentuk multi step
“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


PENDAPATAN
Penjualan (netto)  ........................................................    Rp.                xxxxxxx
Harga pokok penjualan ................................................    Rp.                Xxxxxxx
Laba kotor dari penjualan  ............................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN USAHA
Beban penjualan ................    Rp.               xxxxxxx
Beban administrasi dan umum                                           Rp.       xxxxxxx
Total beban  ................................................................    Rp.               xxxxxxx)
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx

PENDAPATAN DAN BEBAN DI LUAR USAHA
Pendapatan di luar usaha ..............................................    Rp.                xxxxxxx
Beban di luar usaha .....................................................    Rp.                xxxxxxx
Pendapatan atau beban di luar usaha .............................    Rp.             xxxxxxx (+/-)
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 




E.      LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Dalam perusahaan yang berbentuk perusahaan perseorangan, modal pemilik pada awal periode akan berubah sebagai akibat adanya laba atau rugi dan pengambilan pribadi milik dalam periode yang bersangkutan. Perubahan jumlah modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan perubahan model tersebut, dilaporkan dalam bentuk laporan perubahan modal (capital statement). Dengan demikian perusahaan yang terjadi selama satu periode tertentu.
Sebagai gambaran, misalnya Ny. Lydia pada “LYDIA SALON” pada tanggal 1 Januari 1999 sebesar Rp. 30.000.000,00. Pendapatan bersih yang diperoleh “LYDIA SALON” selama tahun 1999, setelah dipotong pajak penghasilan perusahaan, berjumlah  Rp. 9.800.000,00. Menurut catatan pembukaan pengambilan pribadi Ny. Lydia selama tahun 1999 berjumlah Rp. 3.000.000,00.
Dari data tersebut di atas, laporan perubahan modal “LYDIA SALON” akan tampak sebagai berikut :

“LYDIA SALON”
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


Modal Ny. Lydia per 1 Januari 1999 ......................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih tahun 1999 ....    Rp.               xxxxxxx
Prive Ny. Lydia ............... ( Rp.                xxxxxxx)
Penambahan modal ...................................................    Rp.                xxxxxxx
Modal Ny. Lydia per 31 Desember 1999, ...............................    Rp.                xxxxxxx
 



Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan, modal pemilik terbagi atas saham-saham sehingga setiap pemegang saham merupakan pemilik perusahaan. Oleh karena itu, modal pemolik dalam perusahaan perseroan disebut “modal saham” (capital stock).
Laba bersih yang diperoleh dalam satu periode tertentu tidak ditambahkan kepada modal saham tetapi dicatat dalam akun terdiri dengan judul “laba yang ditahan” (retained earning). Laba yang ditahan dalam suatu periode akan bertambah dengan laba bersih yang diperoleh pada periode berikutnya dan berkurang dengan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Penambahan dan pengurangan terhadap laba yang ditahan yang terjadi dalam suatu periode dilaporkan dalam bentuk “laporan laba yang ditahan” (retained earning statement). Sebagai gambaran, misalkan laba yang ditahan menurut catatan PT. “SELATAN JAYA” pada tanggal 1 Januari 1999 berjumlah Rp. 121.000.000,00. Laba bersih yang diperoleh selama tahun 1999 sebesar Rp. 165.000.000,00. Dividen yang diberikan kepada pemegang saham pada tahun 1999, menurut catatan berjumlah Rp. 110.000.000,00.
Berdasarkan data tersebut di atas, laporan laba yang ditahan akan tampak dalam bentuk sebagai berikut:

“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA YANG DITAHAN
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


Laba yang ditahan per 1 Januari 1999 .....................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih tahun 1999 ....    Rp.                  xxxxxxx
Dividen yang dibagikan ....  ( Rp.                  xxxxxxx)
Penambahan laba yang ditahan ..................................    Rp.                xxxxxxx
Laba yang ditahan per 31 Desember 1999, ..............................    Rp.                xxxxxxx