BINA SARANA INFORMATIKA

Selasa, 23 November 2010

LAPORAN KEUANGAN



  1. HUBUNGAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUKU BESAR
Pada akhir periode akuntansi saldo akun yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, disesuaikan lebih dahulu sehingga saldo semua akun buku besar menunjukkan saldo yang sebenarnya. Selanjutnya berdasarkan saldo akun-akun buku besar itulah disusun laporan keuangan. Saldo akun-akun kelompok harta, hutang , dan modal, disusun dalam bentuk neraca. Sementara saldo akun-akun kelompok pendapatan dan beban, disusun dalam bentuk laporan laba-rugi.


  1. PENGERTIAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas Neraca, Laporan Laba Rugi, yang dilengkapi dengan Laporan Perubahan Modal atau Laporan laba yang ditahan. Tetapi dalam praktek untuk lebih menjelaskan kepada para pemakai laporan keuangan, sering diikut sertakan laporan-laporan lainnya, seperti laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas, dan sebagainya.
Pihak manapun yang berkepentingan atas laporan keuangan suatu perusahaan, pada dasarnya adalah untuk pembuatan pertimbangan-pertimbangan dalam hubungan penentuan pilihan tindakan yang tepat.


  1. NERACA (BALANCE SHEET)

1.   Arti dan Isi Neraca
Neraca adalah laporan mengenai harta, hutang dan modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu yang disusun secara sistematis. Neraca terdiri atas tiga bagian utama yaitu Harta (Aktiva), Hutang dan Modal.

a. Harta
     Harta dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu “harta lancar” dan “harta tidak lancar”. Harta lancar terdiri dari uang tunai dan harta lain yang dalam jangka pendek (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) diharapkan dapat dijadikan uang tunai.

Termasuk ke dalam kelompok HARTA LANCAR, yaitu :

1)      Uang tunai (kas) termasuk yang ada di bank yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan usaha perusahaan.

2)      Surat berharga (marketable securities) yang merupakan investasi jangka pendek, misalnya dalam bentuk saham, obligasi dan deposito di bank. Disebut investasi jangka pendek, karena dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan dalam jangka pendek akan dijual kembali.

3)      Piutang wesel (notes receivable), yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dijamin dengan surat perjanjian dalam bentuk surat wesel yang diatur dalam undang-undang. Dengan demikian piutang wesel (wesel tagih) lebih mempunyai kekuatan hukum sehingga dapat diperjualbelikan.

4)      Piutang dagang (account receivable) yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain (debitur) yang terjadi karena penjualan barang dengan pembayaran kredit. Piutang dagang pada umumnya terjadi atas dasar kepercayaan sehingga memungkinkan adanya risiko kerugian, sebagai akibat adanya piutang yang tidak dapat ditagih.

5)      Persedian (inventory), yaitu semua persediaan barang-barang yang dimiliki perusahaan pada saat penyusunan neraca. Istilah persediaan selalu dikaitkan dengan barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan. Persediaan dalam perusahaan dagang berupa persediaan barang dagangan (merchandise inventory). Sementara dalam perusahaan industri manufaktur (manufacturing), persediaan terdiri atas :
a)     Persediaan bahan baku (material inventory), yaitu bahan mentah yang akan diolah menjadi produk jadi misalnya kapas untuk pembuatan benang, kayu untuk pembuatan meja dan sebagainya.
b)     Persediaan barang dalam proses (work in process inventory), yaitu barang-barang yang belum selesai diolah atau belum menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
c)     Persediaan produk jadi (finished goods inventory), yaitu barang-barang yang sudah selesai diolah dan siap untuk dijual.

6)      Pendapatan yang masih harus diterima (accruals receivable), adalah pendapatan yang sudah harus diakui dan dicatat karena sudah menjadi hak perusahaan, tetapi, belum diterima pembayarannya. Misalnya :
-        Piutang bunga (accrued interest receivable)
-        Piutang sewa (accrued rent receivable)

7)      Beban yang dibayar di muka (prepaid expense), adalah pengeluaran yang belum dapat dicatat sebagai beban, karena jasa dari pihak lain sebagai imbalannya belum dimanfaatkan oleh perusahaan. Misalnya :
-        Bunga yang dibayar di muka (prepaid interest)
-        Sewa yang dibayar di muka (prepaid rent)
-        Asuransi yang dibayar di muka (prepaid insurance)

Harta tidak lancar adalah harta yang mempunyai masa kegunaan (manfaat) lebih dari satu tahun, atau manfaatnya dapat dinikmati perusahaan dalam beberapa periode akuntansi.
Termasuk kedalam kelompok HARTA TIDAK LANCAR, adalah :

1)    Investasi jangka panjang (investment), yaitu penanaman sebagian uang atau modal di luar usaha pokok perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara kontinu dalam jangka panjang. Misalnya dalam bentuk pemilikan atas saham atau obligasi perusahaan lain.

2)    Harta tetap berwujud (tangible fixed assets), yaitu Harta perusahaan yang wujud fisiknya tampak, mempunyai mass manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan.
     Termasuk ke dalam kelompok Harta tetap adalah :
a)   Tanah (land) sebagai tempat menjalankan usaha, atau di atasnya didirikan bangunan perusahaan.
b)   Gedung atau bangunan (building), misalnya gedung pabrik, gedung toko dan gedung kantor.
c)   Mesin-mesin (machinery), misalnya mesin-mesin untuk menjalankan proses produksi.
d)   Kendaraan untuk pengangkutan (delivery equiment), kendaraan-kendaraan yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan. Misalnya sepeda motor, truk dan kendaraan lainnya.
e)   Peralatan kantor (office equipment), yaitu semua peralatan yang ads di kantor dan dipergunakan untuk kegiatan usaha perusahaan, misalnya meja, lemari, mesin tik, mesin hitung, komputer dan sebagainya.

3)    Harta tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), yaitu harta tetap yang wujud fisiknya tidak tampak atau bersifat abstrak, tetapi mempunyai manfaat bagi perusahaan sehingga memiliki nilai. Misalnya hak paten, copyright, goodwill, merek dagang (trade mark).
4)          Beban yang ditangguhkan (deferred charges), yaitu pengeluaran untuk beban yang mempunyai manfaat dalam jangka panjang, sehingga pengeluaran tersebut harus dibebankan secara bertahap kepada periode-periode masa penggunaannya. Termasuk ke dalam beban yang ditangguhkan antara lain “beban penelitian” dan “beban pemasaran”.

5)          Harta lain-lain, yaitu harta perusahaan yang tidak dapat dikelompokkan kepada harta lancar dan harta tidak lancar, misalnya bangunan atau tanah yang masih dalam proses penyelesaian.


b. Hutang
      Seperti halnya harta, hutang perusahaan pun dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu “hutang lancar (current liabilities)” dan “hutang jangka panjang” (long term liabilities).
     Hutang lancar adalah hutang-hutang yang harus dilunasi dalam jangka pendek, atau tidak lebih dari atu tahun sejak tanggal neraca.

     Termasuk kelompok HUTANG JANGKA PENDEK, antara lain :

1)    Hutang wesel (notes payable), yaitu hutang dengan jaminan surat perjanjian khusus dalam bentuk “surat wesel” yang diatur dagang undang-undang.

2)    Hutang dagang (account payable), yaitu hutang yang terjadi karena pembelian barang dengan pembayaran kredit. Hutang dagang biasanya tidak dijamin dengan surat perjanjian, tetapi semata­mata terjadi berdasarkan kepercayaan.

3)    Beban-beban yang masih harus dibayar (accruals payable), yaitu beban yang sudah terjadi dan harus sudah dicatat, tetapi pada saat menyusun neraca belum dibayar. Termasuk ke dalam kelompok ini misalnya hutang bunga dan hutang gaji.

4)    Hutang pajak (tax payable), yaitu pajak-pajak yang belum disetorkan ke kas negara.

5)    Pendapatan diterima di muka (deferred revenue), yaitu penerimaan dari pihak lain untuk jasa yang belum diserahkan oleh pihak perusahaan. Misalnya bunga yang diterima di muka dan sewa diterima di muka.

     Hutang jangka panjang (long term liabilities) adalah hutang yang jatuh tempo pelunasannya lebih dari setahun sejak tanggal neraca.
     Termasuk kelompok HUTANG JANGKA PANJANG, antara lain :

1)    Hutang obligasi (bond payable), yaitu hutang kepada pemegang obligasi yang diterbitkan sendiri oleh perusahaan.

2)    Hutang hipotik (mortgage payable), yaitu hutang perusahaan yang dijamin dengan benda-benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan gedung dan sebagainya.

c. Modal
     Seperti telah disebutkan di muka bahwa modal (owner’s equity) adalah hak atau tuntutan pemilik atas harta perusahaan. Oleh karena itu jumlahnya akan sama dengan selisih antara total harta dan total hutang. Termasuk kelompok modal yang dilaporkan dalam neraca, tergantung kepada bentuk badan usaha perusahaan yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut :
1)    Pada bentuk badan usaha perseorangan, kekayaari bersih perusahaan (aktiva dikurangi hutang) sebagai hak pemilik perusahaan, dilaporkan dalam neraca sebagai “modal pemilik”. Misalnya “Modal Haris” dalam hal nama pemilik perusahaan adalah Haris.
2)          Pada bentuk badan usaha persekutuan, misalnya persekutan Firma, kekayaan bersih perusahaan akan terbagi atas hak-hak para sekutu pemilik perusahaan. Hak setiap sekutu firma dilaporkan dalam neraca sebagai “modal sekutu yang bersangkutan”. Dengan demikian modal dalam persekutuan firma yang pemiliknya Anita dan Andini, terdiri atas “Modal Anita” dan “Modal Andini”.
3)    3) Pada bentuk badan usaha perseroan misalnya perseroan terbatas (PT), modal dikumpulkan dengan cara menjual saham sehingga pemilik perusahaan adalah para pemegang saham. Kekayaan bersih perusahaan dalam bentuk PT. yang merupakan hak para pemilik, dalam neraca dilaporkan sebagai: a) Modal saham, b) Agio atau disagio saham, dan c) Laba yang ditahan.
4)    Pada bentuk koperasi, kekayaan bersih koperasi (modal koperasi) terdiri atas: simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan koperasi dan SHU (Sisa Hasil Usaha) yang belum dibagi.

2.   Bentuk Neraca

Keseimbangan antara harta yang dimiliki perusahaan dengan hutang dan modal sebagai sumber dan mana harta itu berasal, dapat digambarkan dalam bentuk persamaan akuntansi atau dalam bentuk neraca. Pada umumnya neraca dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk “skontro” (account form) dan “bentuk vertical” (report form).
a.      Bentuk Skontro
Dalam bentuk ini semua harta disusun di sisi kiri (debet), hutang dan modal disusun di sisi kanan (kredit). Di tengah bagian atas ditulis judul yang berisi nama perusahaan, kata “neraca” dan tanggal neraca. Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah susunan harta, hutang dan modal perusahaan “BENGKEL CEPAT” pada tanggal 31 Desember 1999 yang disusun dalam bentuk skontro.


BENGKEL CEPAT
Neraca
31 Desember 1999
(dalam ribuan rupiah)
HARTA

HARTA LANCAR
Kas ………………………….
Surat berharga ………………
Piutang wesel ……………….
Piutang usaha ……………….
Perlengkapan bengkel ………
Gaji dibayar di muka ………..
Jumlah harta lancar …………

INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi-Saham PT. Nusa …...

AKTIVA TETAP
 Tanah                             40.000
Bangunan                50.000
Akum. Penyusutan  (10.000)
                                       40.000
Peralatan bengkel    20.000
Akum. Penyusutan   (8.000)
                                      12.000       Jumlah harta tetap

Total harta


9.000
12.000
11.000
3.400
2.600
1.000
39.000


20.000










92.000

151.000
HUTANG DAN MODAL

HUTANG LANCAR
Hutang usaha ……………….......
Hutang bank ………………………
Hutang wesel ………………….....
Hutang pajak ………………........
Hutang bunga …………………….
Pendapatan diterima di muka..
Jumlah hutang lancar ………....

HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang hipotik …………………………

Jumlah hutang …………………………
MODAL
Modal Aris ……………………............







Total hutang dan modal ……..……  



11.000
6.000
4.000
1.200
120
400
22.720


20.000

42.720

108.280







151.000


Harta tetap setiap akhir periode nilainya disusutkan. Jumlah yang telah disusutkan sampai dengan tanggal neraca akan tampak pada akun “Akumulasi Penyusutan” aktiva tetap yang bersangkutan.





b.      Bentuk Vertikal (report form)

Dalam bentuk ini harta, hutang dan modal disusun berurutan kebawah, sehingga tampak seperti contoh berikut ini :      

                                        BENGKEL CEPAT
NERACA
31 Desember 1999
(dalam ribuan rupiah)
 

HARTA  
HARTA LANCAR
Kas                                                                                                             9.000
Surat berharga ...........................................................................               12.000
Piutang wesel ............................................................................               11.000
Piutang usaha ............................................................................                 3.400
Perlengkapan bengkel .................................................................                 2.600
Gaji dibayar di muka ...................................................................                 1.000
Jumlah Harta Lancar ...................................................................               39.000

INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi-Saham PT. NUSA ..........................................................               20.000

AKTIVA TETAP
Tanah ...........................................      40.000
Bangunan                                         50.000
Akumulasi penyusutan bangunan  (10.000)
                                                           40.000

Peralatan bengkel                             20.000
Akumulasi penyusutan bangunan  (8.000)
                                                           12.000
Jumlah harta tetap .....................................................................               92.000
Total harta ................................................................................              151.000

HUTANG DAN MODAL
HUTANG LANCAR
Hutang usaha ............................................................................               11.000
Hutang bank ..............................................................................                 6.000
Hutang wesel .............................................................................                 4.000
Hutang pajak .............................................................................                 1.200
Hutang bunga ............................................................................                    120
Pendapatan diterima di muka ......................................................                    400
Jumlah Hutang Lancar ................................................................               22.720


HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang hipotik ...........................................................................               20.000
Jumlah hutang ...........................................................................               42.720

MODAL
Modal Aris ......................................................................................              108.280
Total hutang dan modal ..............................................................              151.000




D.    LAORAN LABA RUGI

1.     Arti Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang disusun secara sistematis mengenai pendapatan yang diperoleh, dan beban-beban yang terjadi dalam kegiatan usaha perusahaan selama periode tertentu.
Laporan laba rugi berisi informasi mengenai sumber dari mana pendapatan itu diperoleh, dan beban-beban apa yang menjadi tanggungam perusahaan dalam periode yang bersangkutan.
Pendapatan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a.   Pendapatan dari usaha pokok, yaitu pendapat yang diperoleh dari kegiatan yang utama dilakukan oleh perusahaan. Misalnya kegiatan yang utama dilakukan oleh perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang dagangan. Pendapatan yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang utama dilakukan perusahaarx dagang adalah “hasil penjualan” barang dagangan. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok disebut “pendapatan usaha” (operating revenues atau operating income). Dengan demikian “pendapatan usaha Perusahaan dagang adalah "Hasil penjualan barang dagangan”. biasa disingkat dengan istilah “penjualan” (sales). Sementara “pendapatan usaha” perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah hasil penjualan jasa.

b.   Pendapatan dari kegiatan di luar usaha pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang bersifat sampingan, atau terjadinya sewaktu-waktu. Misalnya suatu perusahaan bengkel selain menjual jasa bengkel, juga kadang-kadang menyewakan kendaraan. Perusahaan dagang yang menyewakan sebagian gedung kantornya, sewa yang diterima merupakan pendapatan di luar usaha. Selain hal tersebut, termasuk pendapatan di luar usaha adalah laba penjualan surat berharga sebagai investasi jangka pendek, laba penjualan aktiva tetap yang dihentikan penggunaannya. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha pokok disebut “pendapatan di luar usaha” (non-operating income).



Seperti halnya pendapatan, beban-beban yang menjadi tanggungan perusahaan pun dapat digolongkan nenjadi dua golongan, yaitu:
a.   Beban-beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok, atau yang terjadi sehubungan dengan usaha memperoleh pendapatan usaha pokok (operating income). Beban-beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok disebut “beban usaha” (operating expenses). Dalam perusahaan dagang termasuk beban usaha adalah harga pokok penjualan, beban-beban penjualan dan beban administrasi umum.

b.   Beban-beban yang tidak ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha pokok, atau beban-beban yang tidak dapat digolongkan ke dalam beban usaha, disebut “beban di luar usaha” (non-operating ex­penses). Misalnya beban bunga, rugi penjualan surat berharga sebagai investasi jangka pendek, rugi penjualan aktiva tetap yang dihentikan penggunaannya.




2.     Bentuk Laporan Laba Rugi

a.  Bentuk single step
     Dalam bentuk single step, pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha disusun dalam satu kelompok. Demikian pula beban-beban usaha dan beban-beban di luar usaha. Laba atau rugi bersih dihitung dengan cara mengurangi total pendapatan dengan total beban. Sebagai contoh, berikut ini laporan laba rugi “LYDIA SALON” untuk tahun 1999 yang disusun dalam bentuk single step :

“LYDIA SALON”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 

PENDAPATAN
PENDAPATAN USAHA
Penjualan jasa .............................................................    Rp.                xxxxxxx
PENDAPATAN DI LUAR USAHA
Laba penjualan peralatan .............................................    Rp.                xxxxxxx
Total pendapatan .........................................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN – BEBAN
Beban usaha :
Beban gaji .........................    Rp.               xxxxxxx
Beban perlengkapan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban penyusutan peralatan                             Rp.            xxxxxxx
Beban listrik dan telepon ....    Rp.               xxxxxxx
Beban sewa ruangan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban asuransi ..................    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha lain-lain .........    Rp.               xxxxxxx
Jumlah beban usaha ...........    Rp.               xxxxxxx
Beban di luar usaha :
Beban bunga .....................    Rp.               xxxxxxx
Beban gaji ...................................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 



b.  Bentuk multiple step
Dalam bentuk ini, baik pendapatan maupun beban dipisah secara rinci antara pendapatan dan beban usaha dengan pendapatan dan beban di luar usaha. Dari data laporan laba rugi di muka, jika disusun dalam bentuk multiple step tampak seperti dibawah ini :

“LYDIA SALON”
       LAPORAN LABA RUGI
  Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 

PENDAPATAN USAHA
Penjualan jasa .............................................................       Rp.              xxxxxxx

BEBAN USAHA
Beban gaji .........................    Rp.               xxxxxxx
Beban perlengkapan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban penyusutan peralatan                                                 Rp.            xxxxxxx
Beban listrik dan telepon ....    Rp.               xxxxxxx
Beban sewa ruangan ..........    Rp.               xxxxxxx
Beban asuransi ..................    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha lain-lain .........    Rp.               xxxxxxx
Jumlah beban usaha .....................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx

PENDAPATAN DAN BEBAN DI LUAR USAHA
Laba penjualan peralatan  ..    Rp.               xxxxxxx
Beban bunga .....................    Rp.               xxxxxxx
Pendapatan bersih di luar usaha ....................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 



Dalam perusahaan yang pendapatan usahanya diperoleh dari penjualan dagangan atau barang hasil produksinya, bentuk dasar laporan laba rugi dapat digambarkan seperti bagan berikut ini :




1)       Bentuk single step
“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


PENDAPATAN
Pendapatan usaha  .......................................................    Rp.                xxxxxxx
Pendapatan di luar usaha ..............................................    Rp.                Xxxxxxx
Total pendapatan .........................................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN-BEBAN
Harga pokok penjualan ......    Rp.               xxxxxxx
Beban usaha; beban penjualan                                          Rp.       xxxxxxx
Beban administrasi dan umum                                           Rp.       xxxxxxx
Beban di luar usaha  ..........    Rp.               xxxxxxx
Total beban  ................................................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx






2)      Bentuk multi step
“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


PENDAPATAN
Penjualan (netto)  ........................................................    Rp.                xxxxxxx
Harga pokok penjualan ................................................    Rp.                Xxxxxxx
Laba kotor dari penjualan  ............................................    Rp.                xxxxxxx

BEBAN USAHA
Beban penjualan ................    Rp.               xxxxxxx
Beban administrasi dan umum                                           Rp.       xxxxxxx
Total beban  ................................................................    Rp.               xxxxxxx)
Laba bersih dari usaha .................................................    Rp.                xxxxxxx

PENDAPATAN DAN BEBAN DI LUAR USAHA
Pendapatan di luar usaha ..............................................    Rp.                xxxxxxx
Beban di luar usaha .....................................................    Rp.                xxxxxxx
Pendapatan atau beban di luar usaha .............................    Rp.             xxxxxxx (+/-)
Laba bersih sebelum pajak ...........................................    Rp.                xxxxxxx
 




E.      LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Dalam perusahaan yang berbentuk perusahaan perseorangan, modal pemilik pada awal periode akan berubah sebagai akibat adanya laba atau rugi dan pengambilan pribadi milik dalam periode yang bersangkutan. Perubahan jumlah modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan perubahan model tersebut, dilaporkan dalam bentuk laporan perubahan modal (capital statement). Dengan demikian perusahaan yang terjadi selama satu periode tertentu.
Sebagai gambaran, misalnya Ny. Lydia pada “LYDIA SALON” pada tanggal 1 Januari 1999 sebesar Rp. 30.000.000,00. Pendapatan bersih yang diperoleh “LYDIA SALON” selama tahun 1999, setelah dipotong pajak penghasilan perusahaan, berjumlah  Rp. 9.800.000,00. Menurut catatan pembukaan pengambilan pribadi Ny. Lydia selama tahun 1999 berjumlah Rp. 3.000.000,00.
Dari data tersebut di atas, laporan perubahan modal “LYDIA SALON” akan tampak sebagai berikut :

“LYDIA SALON”
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


Modal Ny. Lydia per 1 Januari 1999 ......................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih tahun 1999 ....    Rp.               xxxxxxx
Prive Ny. Lydia ............... ( Rp.                xxxxxxx)
Penambahan modal ...................................................    Rp.                xxxxxxx
Modal Ny. Lydia per 31 Desember 1999, ...............................    Rp.                xxxxxxx
 



Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan, modal pemilik terbagi atas saham-saham sehingga setiap pemegang saham merupakan pemilik perusahaan. Oleh karena itu, modal pemolik dalam perusahaan perseroan disebut “modal saham” (capital stock).
Laba bersih yang diperoleh dalam satu periode tertentu tidak ditambahkan kepada modal saham tetapi dicatat dalam akun terdiri dengan judul “laba yang ditahan” (retained earning). Laba yang ditahan dalam suatu periode akan bertambah dengan laba bersih yang diperoleh pada periode berikutnya dan berkurang dengan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Penambahan dan pengurangan terhadap laba yang ditahan yang terjadi dalam suatu periode dilaporkan dalam bentuk “laporan laba yang ditahan” (retained earning statement). Sebagai gambaran, misalkan laba yang ditahan menurut catatan PT. “SELATAN JAYA” pada tanggal 1 Januari 1999 berjumlah Rp. 121.000.000,00. Laba bersih yang diperoleh selama tahun 1999 sebesar Rp. 165.000.000,00. Dividen yang diberikan kepada pemegang saham pada tahun 1999, menurut catatan berjumlah Rp. 110.000.000,00.
Berdasarkan data tersebut di atas, laporan laba yang ditahan akan tampak dalam bentuk sebagai berikut:

“PT. SELATAN JAYA”
LAPORAN LABA YANG DITAHAN
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999
 


Laba yang ditahan per 1 Januari 1999 .....................................    Rp.                xxxxxxx
Laba bersih tahun 1999 ....    Rp.                  xxxxxxx
Dividen yang dibagikan ....  ( Rp.                  xxxxxxx)
Penambahan laba yang ditahan ..................................    Rp.                xxxxxxx
Laba yang ditahan per 31 Desember 1999, ..............................    Rp.                xxxxxxx
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar